Blue Spinning Frozen Snowflake

Kamis, 17 November 2016

KUDA SANDELWOOD

terdapat beberapa breed kuda sport yang berkembang di P. Timor dewasa ini yaitu:

 Hasil gambar untuk sejarah kuda sandel

Breed Kuda P. Timor
P. Timor memang dekat dengan P. Sumba namun di daerah ini berkembang beberapa breed kuda lokal yang berbeda. Ada kuda Timor, Kuda Sebu, Kuda Sandel, Kuda Rote. Kuda-kuda ini termasuk kuda kecil yang tingginga 115 cm-130 cm saja. Diantara kuda-kuda tersebut kuda Sandelah yang banyak dikenal orang.
Kata Sandel sendiri berasala dari kata “Sandalwood Pony”, yang artinya kuda yang berasal dari pulo penghasil kayu cendana. Kala itu daerah provinsi NTT merupakan supplier utama kayu cendana ke seluruh dunia. Menengok balik ke belakang kuda sandel memiliki aliran darah kuda arab. Kuda ini memiliki kecepatan dan kekuatan yang baik untuk berpacu.
Tak seperti Kuda Sandel, kuda Timor asli berpostur lebih pendek, tebal dan berotot. Memiliki konformasi yang kurang seimbang dimana ketinggian kuda tidak diimbangi dengan panjang badan. Kaki bagian bawah lebih pendek dan memiliki kuku-kuku sangat baik dan kuat. Tumitnya sedikit tinggi dan slope juga cukup baik. Berbulu lembut dan kering. Meskipun kecil, kuda Angin Timor, kuda jantan milik Pak Thomas Hartanto berwarna dragem yang sudah berumur 25 tahun mampu menempuh jarak 800 M dalam waktu 48 detik saja. Jadi untuk kuda sekecil ini kecepatannya luar biasa. Kekuatan, sinkronisasi dan Kecepatan mekanik kaki-kakinya sungguh luar biasa.


Kuda Standard, Kuda G
Istilah kuda standard barang kali diambil dari istilah Kuda Standard Pacu Indonesia atau yang dikenal dengan singkatan KPI. Namun pengertian di daerah NTT ini sedikit berbeda. Mereka mengelompokkan kuda-kuda yang memiliki tinggi 140 CM - 145 CM keatas sebagai Kuda Standard. Jadi bukan dilihat dari sejarah keturunan kuda tersebut seperti layaknya istilah KPI bagi Pordasi. Didalam terminologi Pordasi kuda KPI adalah istilah bagi kuda-kuda hasil persilangan antar Kuda Poni G3 dan G4. Pengelompokan dengan nama “Kuda Standard“ ini untuk memudahkan saja mengingat surat Biro Regristrasi Kuda (BRK) belum diterapkan didalam peraturan lomba. Sehingga kuda-kuda thoroughbred murnipun masuk didalam kategori Kuda Standard.
Kuda Standard dibagi dalam beberapa kelas yaitu klas D, Klas C, Klas B, Klas A Sprint dan Klas A Super. Pengelompokan ini berbeda dengan pengelompokan seperti Aturan Pordasi yang ada. Memang peraturan lomba di NTT belum 100% mengadopsi peraturan Pordasi yang berlaku. Kuda-kuda tersebut diukur tingginya untuk mengatur kelas yang diikutinya. Tata cara pengukurannya sudah mempergunakan tata cara pengukuran sesuai peraturan Pordasi yang berlaku. Kuda-kuda standard berpacu pada jarak 1400M, 1600M, dan sebagian besar kuda di datangkan dari luar pulo seperti Sumba (NTT), Jawa Tengah dan Sulawesi Utara. Belum adanya pejantan Thoroughbred membuat daerah NTT sulit mengembangkan kuda standard. Sehingga untuk pengadaannya mengandalkan orang dari luar pulo untuk mensupply bibit-bibit kuda yang memiliki ketinggian yang diharapkan.
Kuda Sandel Kuda Sumba
Kuda sandel merupakan breed kuda yang berkembang di P. Sumba (NTT) dan didaerah sekitarnya termasuk NTB. Juga dikembangkan orang di daerah P. Jawa. Terutama Jatim, Jateng dan Jabar. Memiliki postur yang jauh berbeda dengan kuda breed Timor. Ekor dan rambut suri yang tebal, postur ramping atletis dan ketinggiannya diatas kuda Timor 130-142 CM. Konformasinya lebih baik ketimbang kuda Timor. Ekornya yang lebih tinggi dan bila berlari ekornya cenderung diangkat ke atas. Melihat sejarahnya Kuda Arab memberikan konstribusi untuk speed dan endurance kedalam breed kuda Sandel dewasa ini. Memiliki kecepatan dan kekuatan yang sangat baik. Kuku-kukunya yang kuat menjadi pilihan untuk pengembangan kuda standard pacu Indonesia (KPI) lewat program cross breeding dengan kuda Thoroughbred yang sudah berlangsung sejak tahun 1960 an.
Karena posturnya yang berbeda dengan kuda Timor, maka didalam pacuan di daerah P. Timor, breed kuda Sandel tidak diperkenankan masuk dalam kelompok kuda lokal. Kuda Sandel dikelompokkan di dalam kelas kuda Sandel. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada kuda Timor perpacu dengan lawan yang seimbang.
Selamat Dari Kepunahan,
Menurut ceritera Bapak Thomas Hartanto, Beberapa tahun yang lalu seiring dengan penurunan frekuensi pacuan di daerah NTT, kuda-kuda breed Timor jumlahnya terus menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: kuda Timor tidak dapat melawan kuda Sandel dari Sumba bila perpacu di luar pulau. Hal ini berakibat penurunan jumlah peminat berternak kuda breed Timor karena tidak adanya pacuan di daerah P. Timor sendiri. Karena tidak adanya pacuan, kuda-kuda Timor dijual kepada pedagang kuda potong untuk konsumsi dimana peminatnya datang dari daerah Jeneponto Sulawesi Selatan. Berangsur-angsur proses ini berjalan akibatnya breed kuda Timor nyaris punah.
Menyadari situasi seperti ini dimana Kuda Breed Timor sudah kritis jumlahnya, maka sejak 2 tahun silam masyarakat penghobby kuda didukung oleh pemerintah daerah bertekat melestarikan pacuan kuda Timor. Untuk itulah maka perlu dilakukan pengelompokan dimana kuda-kuda Sandel dilarang berpacu dalam kelompok Kuda Timor. Juga diterbitkan peraturan yang lain sebagai pendukung program yaitu untuk melindungi peternak kuda Timor, pacuan klas kuda lokal Timor dikhususkan untuk para petani. Sedangkan untuk para pegawai pemerintah, pengusaha dan pejabat tidak diperkenankan mengikuti lomba pacuan kuda klas lokal Timor namun diarahklan untuk ikut pada kelas Kuda Standard.
Program ini sudah mulai tampak keberhasilannya dimana pacuan kuda Timor sudah kembali ramai kembali di daerah P. Timor. Pada babak final Lomba Pacuan Kuda Bupati Cup VI tanggal 25 Juli 2010 lalu berhasil menyedot pengunjung dengan jumlah pengunjung lebih dari 20.000. Sayang FSI tidak bisa menunggui karena bersamaan dengan Indonesian Derby di Pulomas Jakarta. Selanjutnya menurut penuturan panitia pacuan Dr. Benhur Malelak Skg, Pacuan Bupati Cup VI TTU 22-25 Juli 2010, Total jumlah kuda yang berpartisipasi melebihi dari 120 ekor dimana yang terbesar adalah kuda Timor asli diikuti kuda cross breed kuda standard. Pacuan kuda ini berlangsung selama 4 hari.
Selamat atas keberhasilan melestarikan pacuan kuda lokal P. Timor bung ! Pacuan Kuda lokal merupakan sarana membangun kekuatan perekonomian rakyat, hal ini mudah dipahami karena jalur dan rantai jaringan perekonomian yang terbangun dari bisnis kuda (sport) sangat panjang. Disamping itu perlunya membangun rantai bisnis kuda sport yang memenuhi standard nasional (Pordasi) juga harus dimulai untuk mendorong peningkatan kualitas petani kuda, kualitas kuda, dan kualitas pacuan serta perluasan cakupan pasar dari potensi lokal yang dimiliki tidak hanya terbatas pada P. Timor saja namun dapat merambah ke luara daerah yang lebih luas.

Sumber :  http://forum-sandalwood.web.id/drupal/node/156

1 komentar: