Breed Kuda P. Timor
P. Timor
memang dekat dengan P. Sumba namun di daerah ini berkembang beberapa
breed kuda lokal yang berbeda. Ada kuda Timor, Kuda Sebu, Kuda Sandel,
Kuda Rote. Kuda-kuda ini termasuk kuda kecil yang tingginga 115 cm-130
cm saja. Diantara kuda-kuda tersebut kuda Sandelah yang banyak dikenal
orang.
Kata Sandel
sendiri berasala dari kata “Sandalwood Pony”, yang artinya kuda yang
berasal dari pulo penghasil kayu cendana. Kala itu daerah provinsi NTT
merupakan supplier utama kayu cendana ke seluruh dunia. Menengok balik
ke belakang kuda sandel memiliki aliran darah kuda arab. Kuda ini
memiliki kecepatan dan kekuatan yang baik untuk berpacu.
Tak seperti
Kuda Sandel, kuda Timor asli berpostur lebih pendek, tebal dan berotot.
Memiliki konformasi yang kurang seimbang dimana ketinggian kuda tidak
diimbangi dengan panjang badan. Kaki bagian bawah lebih pendek dan
memiliki kuku-kuku sangat baik dan kuat. Tumitnya sedikit tinggi dan
slope juga cukup baik. Berbulu lembut dan kering. Meskipun kecil, kuda
Angin Timor, kuda jantan milik Pak Thomas Hartanto berwarna dragem yang
sudah berumur 25 tahun mampu menempuh jarak 800 M dalam waktu 48 detik
saja. Jadi untuk kuda sekecil ini kecepatannya luar biasa. Kekuatan,
sinkronisasi dan Kecepatan mekanik kaki-kakinya sungguh luar biasa.
Kuda Standard, Kuda G
Istilah
kuda standard barang kali diambil dari istilah Kuda Standard Pacu
Indonesia atau yang dikenal dengan singkatan KPI. Namun pengertian di
daerah NTT ini sedikit berbeda. Mereka mengelompokkan kuda-kuda yang
memiliki tinggi 140 CM - 145 CM keatas sebagai Kuda Standard. Jadi bukan
dilihat dari sejarah keturunan kuda tersebut seperti layaknya istilah
KPI bagi Pordasi. Didalam terminologi Pordasi kuda KPI adalah istilah
bagi kuda-kuda hasil persilangan antar Kuda Poni G3 dan G4.
Pengelompokan dengan nama “Kuda Standard“ ini untuk memudahkan saja
mengingat surat Biro Regristrasi Kuda (BRK) belum diterapkan didalam
peraturan lomba. Sehingga kuda-kuda thoroughbred murnipun masuk didalam
kategori Kuda Standard.
Kuda
Standard dibagi dalam beberapa kelas yaitu klas D, Klas C, Klas B, Klas A
Sprint dan Klas A Super. Pengelompokan ini berbeda dengan pengelompokan
seperti Aturan Pordasi yang ada. Memang peraturan lomba di NTT belum
100% mengadopsi peraturan Pordasi yang berlaku. Kuda-kuda tersebut
diukur tingginya untuk mengatur kelas yang diikutinya. Tata cara
pengukurannya sudah mempergunakan tata cara pengukuran sesuai peraturan
Pordasi yang berlaku. Kuda-kuda standard berpacu pada jarak 1400M,
1600M, dan sebagian besar kuda di datangkan dari luar pulo seperti Sumba
(NTT), Jawa Tengah dan Sulawesi Utara. Belum adanya pejantan
Thoroughbred membuat daerah NTT sulit mengembangkan kuda standard.
Sehingga untuk pengadaannya mengandalkan orang dari luar pulo untuk
mensupply bibit-bibit kuda yang memiliki ketinggian yang diharapkan.
Kuda Sandel Kuda Sumba
Kuda sandel
merupakan breed kuda yang berkembang di P. Sumba (NTT) dan didaerah
sekitarnya termasuk NTB. Juga dikembangkan orang di daerah P. Jawa.
Terutama Jatim, Jateng dan Jabar. Memiliki postur yang jauh berbeda
dengan kuda breed Timor. Ekor dan rambut suri yang tebal, postur ramping
atletis dan ketinggiannya diatas kuda Timor 130-142 CM. Konformasinya
lebih baik ketimbang kuda Timor. Ekornya yang lebih tinggi dan bila
berlari ekornya cenderung diangkat ke atas. Melihat sejarahnya Kuda Arab
memberikan konstribusi untuk speed dan endurance kedalam breed kuda
Sandel dewasa ini. Memiliki kecepatan dan kekuatan yang sangat baik.
Kuku-kukunya yang kuat menjadi pilihan untuk pengembangan kuda standard
pacu Indonesia (KPI) lewat program cross breeding dengan kuda
Thoroughbred yang sudah berlangsung sejak tahun 1960 an.
Karena
posturnya yang berbeda dengan kuda Timor, maka didalam pacuan di daerah
P. Timor, breed kuda Sandel tidak diperkenankan masuk dalam kelompok
kuda lokal. Kuda Sandel dikelompokkan di dalam kelas kuda Sandel. Hal
ini untuk memberikan kesempatan kepada kuda Timor perpacu dengan lawan
yang seimbang.
Selamat Dari Kepunahan,
Menurut
ceritera Bapak Thomas Hartanto, Beberapa tahun yang lalu seiring dengan
penurunan frekuensi pacuan di daerah NTT, kuda-kuda breed Timor
jumlahnya terus menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: kuda
Timor tidak dapat melawan kuda Sandel dari Sumba bila perpacu di luar
pulau. Hal ini berakibat penurunan jumlah peminat berternak kuda breed
Timor karena tidak adanya pacuan di daerah P. Timor sendiri. Karena
tidak adanya pacuan, kuda-kuda Timor dijual kepada pedagang kuda potong
untuk konsumsi dimana peminatnya datang dari daerah Jeneponto Sulawesi
Selatan. Berangsur-angsur proses ini berjalan akibatnya breed kuda Timor
nyaris punah.
Menyadari
situasi seperti ini dimana Kuda Breed Timor sudah kritis jumlahnya, maka
sejak 2 tahun silam masyarakat penghobby kuda didukung oleh pemerintah
daerah bertekat melestarikan pacuan kuda Timor. Untuk itulah maka perlu
dilakukan pengelompokan dimana kuda-kuda Sandel dilarang berpacu dalam
kelompok Kuda Timor. Juga diterbitkan peraturan yang lain sebagai
pendukung program yaitu untuk melindungi peternak kuda Timor, pacuan
klas kuda lokal Timor dikhususkan untuk para petani. Sedangkan untuk
para pegawai pemerintah, pengusaha dan pejabat tidak diperkenankan
mengikuti lomba pacuan kuda klas lokal Timor namun diarahklan untuk ikut
pada kelas Kuda Standard.
Program ini
sudah mulai tampak keberhasilannya dimana pacuan kuda Timor sudah
kembali ramai kembali di daerah P. Timor. Pada babak final Lomba Pacuan
Kuda Bupati Cup VI tanggal 25 Juli 2010 lalu berhasil menyedot
pengunjung dengan jumlah pengunjung lebih dari 20.000. Sayang FSI tidak
bisa menunggui karena bersamaan dengan Indonesian Derby di Pulomas
Jakarta. Selanjutnya menurut penuturan panitia pacuan Dr. Benhur Malelak
Skg, Pacuan Bupati Cup VI TTU 22-25 Juli 2010, Total jumlah kuda yang
berpartisipasi melebihi dari 120 ekor dimana yang terbesar adalah kuda
Timor asli diikuti kuda cross breed kuda standard. Pacuan kuda ini
berlangsung selama 4 hari.
Selamat
atas keberhasilan melestarikan pacuan kuda lokal P. Timor bung ! Pacuan
Kuda lokal merupakan sarana membangun kekuatan perekonomian rakyat, hal
ini mudah dipahami karena jalur dan rantai jaringan perekonomian yang
terbangun dari bisnis kuda (sport) sangat panjang. Disamping itu
perlunya membangun rantai bisnis kuda sport yang memenuhi standard
nasional (Pordasi) juga harus dimulai untuk mendorong peningkatan
kualitas petani kuda, kualitas kuda, dan kualitas pacuan serta perluasan
cakupan pasar dari potensi lokal yang dimiliki tidak hanya terbatas
pada P. Timor saja namun dapat merambah ke luara daerah yang lebih luas.
Sumber : http://forum-sandalwood.web.id/drupal/node/156
suka banget deh sama kuda ini
BalasHapusapa itu sms blast